Assalamualaikum......
Pada
blog ini saya akan memaparkan di pertemuan ke-4, 5 dan 6 yaitu tentang
MOTIVASI.
Apa yang dimaksud dengan motivasi?
Suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Robinns,S,
2002: 55 motivasi adalah suatu kebutuhan (need), dalam terminologi berarti
suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu
terlihat menarik. Menurut Wursanto, 2003: 267. Motivating adalah keseluruhan
proses pemberian motivasi (dorongan) kepada para pegawai agar mereka mau dan
suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Hubungan
Antara Motivasi dan Perilaku
Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud
dalam enam variasi berikut (Sutarto, 1984; 275):
- Sebuah
perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi
- Sebuah
perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi
- Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
- Perilaku
yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
- Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
- Perilaku
yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
Motivasi sebagai Pendorong
Individu
Motivasi digunakan
individu untuk mendorong mereka dalam:
- Menentukan Kebutuhan atau Kesenjangan Kebutuhan
- Pencarian Jalan Keluar bagi memenuhi dan memuaskan kebutuhan
- Pilihan Perilaku untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
- Penentuan kebutuhan di masa yang akan datang dan pencarian bagi cara pemenuhannya
- Evaluasi atas Pemuasan Kebutuhan
Beberapa Pendekatan
Mengenai Motivasi
- pendekatan tradisional atau dikenal sebagai traditional model of motivation theory,
- pendekatan relasi manusia atau human relation model
- pendekatan sumber daya manusia atau human resources model.
Indikator Motivasi Individu
Dalam konteks
studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
(1) durasi
kegiatan;
(2) frekuensi
kegiatan;
(3) persistensi
pada kegiatan;
(4) ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
(5) devosi dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan;
(6) tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
(8) arah sikap
terhadap sasaran kegiatan
Teori Motivasi
1. Teori
Motivasi Maslow
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
2. Teori Motivasi Prestasi dari
Mc. Clelland
Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang dianggap mempunyai apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi Mc. Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 85) yaitu :
1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.
2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat dan diterima dalam kelompok.
3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.
3. Teori X dan Y dari Mc. Gregor
Teori motivasi yang menggabungkan teori internal dan teori eksternal yang dikembangkan oleh Mc. Gregor. Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia. Kedua teori tersebut disebut teori X dan Y. Teori tradisional mengenai kehidupan organisasi banyak diarahkan dan dikendalikan atas dasar teori X. Adapun anggapan yang mendasari teori-teori X menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 87 )
a. Rata-rata pekerja itu malas, tidak suka bekerja dan kalau bisa akan menghidarinya.
b. Karena pada dasarnya tidak suka bekerja maka harus dipaksa dan dikendalikan, diperlakukan dengan hukuman dan diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi.
c. Rata-rata pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi kecil, kemamuan dirinya diatas segalanya.
Teori ini masih banyak digunakan oleh organisasi karena para manajer bahwa anggapn-anggapan itu benar dan banyak sifat-sifat yang diamati perilaku manusia, sesuai dengan anggapan tersebut teori ini tidak dapat menjawab seluruh pertanyaan yang terjadi pada orgaisasi. Oleh karena itu, Mc. Gregor menjawab dengan teori yang berdasarkan pada kenyataannya.
Anggapan dasar teori Y adalah :
a. Usaha fisik dan mental yang dilakukan oleh manusia sama halnya bermain atau istirahat.
b. Rata-rata manusia bersedia belajar dalam kondisi yang layak, tidak hanya menerima tetapi mencari tanggung jawab.
c. Ada kemampuan yang besar dalam kecedikan, kualitas dan daya imajinasi untuk memecahkan masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh pegawai.
d. Pengendalian dari luar hukuman bukan satu-satunya cara untuk mengarahkan tercapainya tujuan organisasi.
4. Teori Clyton
Alderfer (Teori ERG)
Teori Alderfer
dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan
huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan
eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga
istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara
konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh
Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki
pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki
kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung
makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa
:
- Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu,
makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
- Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih
tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
- Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang
tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan
kebutuhan yang lebih mendasar.
5. Teori Herzberg
(Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang
diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg.
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi,
yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini
yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi
yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang
sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg,
yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang,
keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain.
6. Teori Keadilan
Inti teori ini
terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
a. Seorang
akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi
intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam menumbuhkan
persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai
pembanding, yaitu :
- Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya
layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,
keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
- Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam
organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan
yang bersangkutan sendiri;
- Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di
organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
7. Teori Penetapan
Tujuan
Edwin Locke
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan
mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif
tentang penetapan tujuan
8. Teori Victor H.
Vroom (teori Harapan)
Victor H. Vroom,
dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori
yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang
bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
9. Teori Penguatan
dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau
model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam
kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut
berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini
berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa
manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
10. Teori Kaitan
Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari
pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus
berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Termasuk pada
faktor internal adalah :
(a) persepsi
seseorang mengenai diri sendiri;
(b) harga
diri
(c) harapan
pribadi
(d) kebutuhaan
(e) keinginan
(f) kepuasan
kerja
(g) prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor
eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a) jenis
dan sifat pekerjaan
(b) kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
(c) organisasi
tempat bekerja
(d) situasi
lingkungan pada umumnya
(e) sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya
MEMOTIVASI DENGAN MENGUBAH SIFAT DARI
LINGKUNGAN KERJA
Semakin lama, penelitian tentang motivasi difokuskan
pada pendekatan yang menghubungkan konsep-konsep motivasional dengan perubahan
dalam cara penyusunan kerja. Penelitian dalam rancangan perkerjaan (job design)
memberikan bukti yang lebih kuat bahwa rancangan tersebut bisa berfungsi untuk
meningkatkan atau mengurangi usaha.
1. Model
Karakteristik Pekerjaan
Dikembangkan oleh J. Richard Hackman dan Greg
Oldham, model karakteristik pekerjaan (job characteristic model /
JCM) adalah model yang menunjukkan bahwa pekerjaan apapun bisa dideskripsikan
dalam lima dimensi pekerjaan utama yaitu:
Keanekargaman keterampilan (skill variety), yaitu
sejauh mana pekerjaan membutuhkan beragam aktivitas sehingga pekerja bisa
menggunakan sejumlah keterampilan dan bakat yang berbeda. Contoh: pemilik dan
operator bengkel yang melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan perbaikan,
renovasi mesin, modifikasi, dan berhubungan dengan pelanggan.
a. Identitas
tugas (task identity), yaitu sejauh mana suatu pekerjaan
membutuhkan penyelesaian seluruh bagian pekerjaan yang bisa diidentifikasikan.
Contoh: tukang kayu yang harus mendesain dan memilih kualitas kayu yang bagus
sebelum menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.
b. Arti tugas (task
significance), yaitu sejauh mana suatu pekerjaan mempengaruhi kehidupan
atau pekerjaan individu lain. Contoh: dokter.
c. Otonomi (autonomy), yaitu
sejauh mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan, kemerdekaan, serta
keleluasaan yang substansial untuk individu dalam merencakan pekerjaan dan
menentukan prosedur-prosedur yang akan digunakan untuk menjalankan pekerjaan
tersebut. Contoh: wirausahawan
d. Umpan balik (feedback), yaitu
sejauh mana pelaksanaan aktivitas kerja membuat seorang individu mendapatkan
informasi yang jelas dan langsung mengenai keefektifan kinerjanya. Contoh:
setiap individu atau organisasi yang melakukan suatu proses yang ditujukan
untuk kepentingan pihak lain.
Bagaimana Pekerjaan Bisa Dirancang
Ulang?
Terkadang suatu pekerjaan bisa terasa sangat
membosankan sehingga membuat para pekerja tidak termotivasi. Terutama jika
pekerjaan itu dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengatasi kebosanan tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan
yaitu:
· Rotasi
Pekerjaan (Job Rotation)
Pergantian periodik seorang karyawan dari satu tugas
ke tugas yang lain. Apabila karyawan mengalami rutinitas berlebih dari
pekerjaan mereka, besar kemungkinan mereka akan merasa jenuh dengan pekerjaannya.
Apabila hal ini terjadi, karyawan tersebut akan dipindah ke pekerjaan lain
dengan tingkat dan persyaratan yang sama. Contohnya di Singapore Airlines
dilakukan rotasi pekerjaan dengan memindah karyawan di bagian penjualan tiket
ke bagian pemeriksaan koper dan sebaliknya.
· Perluasan
Pekerjaan (Job Enlargement)
Peningkatan jumlah dan variasi tugas dari seorang
individu melalui pekerjaannya yang berbeda-beda. Contohnya pekerjaan sebagai
koki. Pekerjaan tersebut bisa jadi sangat membosankan apabila si koki hanya
berdiri di depan kompor dan memasak setiap hari. Akan lebih baik apabila si
koki tadi juga membeli sendiri bahan-bahan yang dibutuhkannya (berbelanja
sendiri) daripada setiap hari terpaku di dapur tanpa ada perubahan-perubahan
baru. Atau mungkin koki tersebut juga bisa membeli peralatan-peralatan memasak
baru yang akan mendukung kinerjanya.
· Pengayaan
Pekerjaan (Job Enrichment)
Pengayaan pekerjaan merujuk pada perluasan vertikal
pekerjaan, yang meningkatkan pengendalian pekerja terhadap rencana,
pelaksanaan, dan evaluasi kerja. Pekerjaan yang diperkaya mengatur tugas-tugas
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pekerja menyelesaikan aktivitas,
meningkatkan kebebasan dan kemerdekaan karyawan, meningkatkan tanggung jawab,
dan memberikan umpan balik, sehingga individu akan mampu menilai dan
memperbaiki kinerjanya sendiri. Contohnya adalah operator warnet. Seorang
operator warnet wajib memiliki kemampuan dasar tentang pengoperasian komputer,
kemampuan berhitung, dan juga wawasan mengenai internet. Selain keahlian
tersebut, operator juga dilatih untuk menghadapi konsumen dan juga cara
membetulkan komputer yang bermasalah. Dengan begitu dia tidak hanya berperan
sebagai operator yang hanya menghitung uang, tetapi juga memberikan rasa aman
dan percaya kepada para konsumen.
Susunan Pekerjaan Alternatif
Jam Kerja yang Fleksibel
Yang dimaksud dengan jam kerja fleksibel (flexible
time / flextime) adalah jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
pekerja tanpa mengganggu jam kerja inti yang sudah umum. Dalam jam kerja ini,
karyawan dapat menentukan kapan dia berangkat ke tempat kerja dan kapan dia
pulang ke rumah. Selain itu dalam jam kerja ini karyawan bebas untuk melakukan
apapun termasuk mencicil tugasnya yang harus dikerjakan dalam jam kerja inti
agar pekerjaannya tidak terlalu menumpuk.
Pembagian Pekerjaan
Pembagian pekerjaan dilakukan untuk lebih memudahkan
tugas yang harus diselesaikan oleh karyawan. Contohnya adalah petugas SPBU.
Para petugas di SPBU memiliki tugas penting yaitu mengisikan BBM sesuai pesanan
dan juga menerima uang dari pembeli serta memberikan bon jika diperlukan. Akan
sulit jika pekerjaan tersebut hanya dilakukan satu orang. Tetapi apabila tugas
tadi dilakukan oleh dua atau tiga orang, pekerjaan tersebut akan lebih teratur
dan juga akan selesai lebih cepat sehingga tidak membuat pembeli lain menunggu.
Telecommuting
Telecommuting merujuk pada karyawan yang melakukan
pekerjaan mereka di rumah. Karyawan-karyawan ini tidak perlu pulang-pergi ke
kantor karena mereka dapat terhubung dengan kantor mereka melalui komputer di
rumah. Tidak semua pekerjaan dapat dilakukan dengan telecommuting. Hanya ada
beberapa jenis pekerjaan yang sesuai seperti penulis, pelukis, web-designer,
dll.